HIDUP dengan hanya menggantungkan penghasilan dari bermain pantomim, jelas mustahil. Hal ini mengingat jarang sekali pertunjukan yang melibatkan seni pantomim. Dalam sebulan, belum tentu ia bisa manggung dua kali, dan ini disadari betul oleh Jemek Supardi.
“Nggak mungkin bisa hidup hanya mengandalkan penghasilan dari main pantomim. Kalau ada order, paling saya hanya dibayar sekitar Rp 500.000, sementara untuk hidup bersama satu anak dan satu istri dalam sebulan jelas lebih dari penghasilan saya sekali pentas,” ungkapnya.
Karenanya, Jemek perlu pekerjaan sampingan yang kebetulan berada di depan matanya. “Saya jadi makelar peti mati. Lumayan, satu peti mati yang laku bisa mendapat imbalan 10% dari harga jual,” ungkapnya.
Bisnis sampingan ini boleh dikata sering ia jalankan. Dan ini biasanya dilakukan setiap malam. “Biasanya orang mencari peti mati itu malam hari, sementara toko sudah tutup. Nah, saya menawarkan jasa dengan mengetuk pintu toko. Setelah terjadi proses jual-beli, biasanya saya mendapat upah dari kedua belah pihak,” terang Jemek.
Jemek tak mau membuka rahasia berapa banyak uang yang didapat dalam sebulan. “Pokoknya bisa untuk menyambung hidup,” tambahnya lagi. (yuk)
Karenanya, Jemek perlu pekerjaan sampingan yang kebetulan berada di depan matanya. “Saya jadi makelar peti mati. Lumayan, satu peti mati yang laku bisa mendapat imbalan 10% dari harga jual,” ungkapnya.
Bisnis sampingan ini boleh dikata sering ia jalankan. Dan ini biasanya dilakukan setiap malam. “Biasanya orang mencari peti mati itu malam hari, sementara toko sudah tutup. Nah, saya menawarkan jasa dengan mengetuk pintu toko. Setelah terjadi proses jual-beli, biasanya saya mendapat upah dari kedua belah pihak,” terang Jemek.
Jemek tak mau membuka rahasia berapa banyak uang yang didapat dalam sebulan. “Pokoknya bisa untuk menyambung hidup,” tambahnya lagi. (yuk)